Mengasah Keterampilan Problem Solving dan Teknologi: Kontribusi Informatika UNPAR dalam Bebras Indonesia

Berdasarkan World Economic Forum, ada sepuluh keterampilan yang paling dibutuhkan di Tahun 2025. Dari sepuluh keterampilan tersebut, dua keterampilan berhubungan dengan manajemen diri, satu keterampilan berhubungan dengan kemampuan bekerja dalam tim, dua berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan teknologi, dan lima keterampilan berkaitan dengan problem solving atau keterampilan menyelesaikan permasalahan. Sebagai program studi yang berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan teknologi, serta berkaitan sangat erat dengan problem solving¸ Program Studi Informatika UNPAR turut berperan dalam pembentukan keterampilan yang berhubungan dengan kedua hal ini.
Peranan Program Studi Informatika UNPAR ini ditunjukkan dalam keterlibatan sebagai salah satu biro yang ada di bawah Bebras Indonesia. Bebras adalah suatu komunitas internasional yang berfokus mempromosikan informatika atau ilmu komputer dan kemampuan berpikir komputasional atau yang sering dikenal dengan computational thinking atau CT. Bebras Indonesia sebagai salah satu anggota komunitas tersebut berperan aktif dalam memperkenalkan informatika dan CT melalu berbagai kegiatan. Beberapa kegiatan tersebut antara lain adalah pengembangan kurikulum Informatika tingkat sekolah dasar dan menengah, pelatihan guru, pelatihan siswa, serta penyelenggaraan Tantangan Bebras. Tantangan Bebras adalah sebuah tantangan atau kompetisi yang diselenggarakan secara internasional. Para siswa usia sekolah dasar dan menengah diberikan sejumlah soal yang berkaitan dengan informatika dan computational thinking. Uniknya, soal-soal ini dikemas dalam cerita dan permasalahan sehari-hari dan dirancang untuk dapat diselesaikan oleh para siswa tanpa harus menguasai konsep tertentu di bidang informatika.
Program Studi Informatika UNPAR adalah biro yang bertugas dalam menangani dan mempersiapkan soal-soal untuk dipakai dalam Tantangan Bebras dalam skala nasiona. Soal-soal Tantangan Bebras melalui proses yang panjang untuk akhirnya dapat digunakan sebagai soal Tantangan Bebras di seluruh dunia. Semua proses ini dilakukan oleh tim soal yang diketuai oleh Husnul Hakim, S.Kom., M.T. Dua dosen Informatika UNPAR lain yang terlibat adalah Vania Natali, S.Kom., M.T., dan Natalia, S.Si., M.Si. Adapun proses persiapan ini dibagi menjadi tahapan-tahapan berikut ini.

  1. Tahapan Pengusulan Soal
    Tahapan ini diawali dengan call for Bebras Task dari Bebras Internasional yang mewajibkan setiap negara anggota untuk mengusulkan soal untuk dapat digunakan secara internasional dalam Tantangan Bebras.
    Bebras Indonesia kemudian mengumumkan kepada universitas-universitas yang menjadi biro Bebras Indonesia untuk mengusulkan soal untuk diseleksi secara nasional. Universitas-universitas, termasuk juga UNPAR, kemudian mengumpulkan soal yang diusulkan kepada Bebras Indonesia melalui tim soal.
  2. Tahapan Kurasi Nasional
    Pada tahap ini, soal-soal yang telah dikumpulkan akan dikurasi oleh tim soal. Tim soal akan memberikan masukan terhadap soal-soal yang sudah diusulkan. Soal kemudian dikembalikan lagi ke universitas pengusul untuk diperbaiki berdasarkan masukan yang diberikan. Universitas kemudian mengirimkan kembali hasil perbaikan. Setelah itu, tim soal kemudian akan memberikan nilai terhadap usulan soal yang telah diperbaiki. Berdasarkan nilai inilah, tim soal akan memilih soal-soal dari Indonesia untuk diusulkan di tingkat internasional.
  3. Tahap Submisi ke Komite Internasional
    Soal-soal yang sudah terpilih di tingkat Indonesia kemudian dikirimkan ke komite internasional. Tahap selanjutnya adalah tahap kurasi pada skala internasional. Soal-soal yang diusulkan oleh tiap negara akan dikurasi dan diberi masukan oleh negara lainnya. Berdasarkan masukan ini, Bebras Indonesia kemudian melakukan perbaikan. Setelah diperbaiki, soal dikumpulkan kembali. Soal-soal ini kemudian akan diperbaiki kembali agar benar-benar sesuai dengan standar Bebras Internasional, melalui International Bebras Workshop.
  4. International Bebras Workshop (IBW)
    IBW diselenggarakan setiap tahun di salah satu negara anggota Bebras. Tiap anggota Bebras wajib mengirimkan perwakilannya dalam IBW. Dalam empat tahun terakhir, Bebras Indonesia diwakili oleh para dosen Informatika UNPAR.
    Pada IBW, setiap soal yang dikumpulkan oleh tiap negara akan diperbaiki dan dipersiapkan. Proses ini dilakukan dengan membagi perwakilan dari tiap negara ke dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok bertugas memperbaiki dan menyeleksi usulan soal. Di akhir IBW, tiap soal akan masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori, yaitu: accepted, work-needed, dan held-back. Soal-soal yang siap dipakai dan diterjemahkan oleh masing-masing negara akan masuk ke kategori accepted. Soal-soal yang dapat digunakan, namun masih butuh cukup banyak perbaikan akan masuk ke kategori work-needed. Soal-soal yang dinilai tidak cocok untuk dijadikan soal pada Tantangan Bebras akan masuk ke kategori held-back. Selama empat tahun terakhir, soal-soal usulan dari Prodi Informatika UNPAR masuk ke dalam kategori accepted.
  5. Persiapan Soal Tantangan Bebras Indonesia
    Setelah IBW berakhir, tim soal kemudian bertugas untuk menyiapkan soal untuk dipakai dalam Tantangan Bebras Indonesia. Tim soal melakukan pengunggahan ke platform pelaksanaan Tantangan Bebras Indonesia, menerjemahkan soal ke dalam Bahasa Indonesia, melakukan kurasi ulang, memberikan penilaian, dan menyeleksi soal-soal untuk digunakan di tingkat SD sampai dengan SMA.
    Dengan keterlibatan aktifnya dalam Tantangan Bebras Indonesia, Program Studi Informatika UNPAR telah menunjukkan bentuk pelaksanaan salah satu dharma dalam tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Prodi Informatika UNPAR telah turut dalam memperkenalkan informatika dan kemampuan berpikir komputasional secara luas kepada siswa sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Dengan demikian, semoga siswa-siswa di Indonesia dapat memiliki keterampilan berpikir komputasional yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang kelak akan dihadapi. Ini sangat penting, mengingat keterampilan problem solving adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan saat ini dan di masa yang akan datang.

Ditulis oleh: Husnul Hakim, S.Kom., M.T.

X